DEFINISI ALQURAN DAN ADAB MEMBACA ALQURAN
MATA KULIAH TAHSIN QUR’AN
Dosen Pengampu: Sumiyati, M.Pd.I
DISUSUN OLEH
KELAS F / SEMESTER 2
KELOMPOK 1
Alfa Rizky 1911050251
Amanda Mustika 1911050258
Jestica Dwi 1911050334
PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG
2019/2020
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-Nya kepada kami., sehingga dapat menyelesaikan makalah Tahsin Qur”an dengan judul “ Definisi Alquran dan Adab Membaca Alquran “. Tak lupa serta sholawat dan salam semoga selalu tercurahkan kepada nabi Muhammad Shallaallahu’alaihi wa sallam beserta keluarganya, sahabatnya dan sampai kepada kita selaku umatnya.
Makalah ini telah kami susun dengan bantuan dari berbagai sumber bacaan. Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu sangat diperlukan saran dan kritik yang membangun dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah-makalah kami selanjutnya. Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.
Bandar Lampung, 10 Maret 2020
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Alquran
2.2 Adab Membaca Alquran
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Al-Quran adalah firman Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat Jibril yang merupakan mukjizat terbesar sepanjang sejarah manusia. Bagi siapa saja yang membaca al-Quran sekalipun tidak memahami maknanya, terhitung sebagai ibadah dan mendapatkan ganjaran pahala yang sangat besar sebagaimana dijelaskan dalam hadits Qudsi yang artinya diriwayatkan oleh Abu Said, Rasululloh SAW bersabda “Allah SWT berfirman: siapa-siapa yang disibukkan dari memohon kepada-Ku karena membaca al-Quran, maka Aku akan berikan dia sebaik-baik ganjaran orang yang bermohon. Kelebihan firman Allah dari semua perkataan adalah seperti kelebihan Allah dari semua makhluk-Nya.”
Dari Hadits di atas, jelas sekali bahwa al-Quran memiliki posisi yang sangat mulia sebagai sebaik-baik kitab suci dan sekaligus pedoman hidup bagi umat manusia.Karena kemulian al-Quran dan untuk mendapatkan ganjaran pahala yang besar.
Penulis memilih judul “Adab dalam Membaca dan definisi al-Quran” ini sebagai bahan makalah karena, selain untuk menyelesaikan tugas edukasi individu atau kelompok, penulis juga tertarik ingin mengetahui apa dan bagaimana adab atau etika dalam membaca al-Quran.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa Definisi Al-Quran Menurut Bahasa?
2. Apa Definisi Al-Quran Menurut Istilah?
3. Apa Adab Membaca Alquran?
1.3 Tujuan
1. Untuk Mengetahui Definisi Alquran
2. Untuk Mengetahui Adab Membaca Alquran
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Definisi Alquran Menurut Bahasa
Dari segi bahasa, Al Qur’an berasal dari bahasa Arab, yakni bentuk jamak dari kata benda atau masdar dari kata kerja qara’a – yaqra’u – qur’anan yang artinya adalah “bacaan” atau “sesuatu yang dibaca berulang-ulang”. , inilah pengertian al qur’an dalam bahasa arab, dan Allah memilih bahasa arab menjadi bahasa al-quran yaitu : dalam kosa kata bahasa arab tidak dapat dirubah walau satu huruf saja, jika di rubah maka maknanya akan berbeda.
Jadi bisa di bilang Al-Qur’an adalah bacaan suci (membacanya bernilai ibadah dan mendapatkan pahala), tentunya sesuai dengan tata aturan yang berlaku baik dalam pengucapan huruf perhuruf (mahroj) ataupun tajwidnya.
2.2 Menurut Istilah
Al Qur’an secara istilah berarti kitab suci umat Islam yang di dalamnya berisi firman-firman Allah SWT yang diturunkan kepada Rasulullah SAW sebagai mukjizat.
Al-Qur’an berarti bacaan mulia yang merupakan wahyu yang di turunkan oleh Allah untuk Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril AS dan merupakan penutup kitab suci dari agama samawi (yang di turunkan dari langit). Al-Qur’an adalah wahyu murni dari Allah SWT, bukan dari hawa nafsu perkataan Nabi Muhammad SAW. Al Qur’an disampaikan dengan jalan mutawatir dari Allah SWT dengan perantara malaikat jibril kepada nabi Muhammad SAW dan membacanya bernilai ibadah..
Al-Qur’an memuat aturan-aturan kehidupan manusia di dunia, sehingga Al-Qur’an menjadi petunjuk bagi orang-orang yang beriman dan bertakwa. Di dalam Al-Qur’an terdapat rahmat yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang berian.
Al-Qur’an juga memiliki suatu kedudukan yang sangat tinggi bagi penganut agama islam, sehingga umat islam akan sangat marah apabila ada orang atau pihak yang mencoba melecehkan Al-Qur’an.
2.3 Adab Membaca Alquran
Membaca alquran setiap hari tentu akan mendatangkan banyak manfaat seperti mendapat pahala berlipat, derajatnya diangkat oleh Allah SWT, mendapatkan ketenangan hati, mendapat pertolongan Allah SWT di hari kiamat serta terbebas dari aduan Rasulullah SAW pada hari kiamat.
Alquran sebagai kitab suci Allah SWT mempunya adab-adab tersendiri bagi orang yang membacanya. Adab membaca alquran yang benar sudah diatur dengan sangat baik, untuk penghormatan dan keagungan Alquran. Setiap muslim harus berpedoman kepadanya dan mengerjakannya.
Hendaklah yang membaca Al-Qur’an berniat ikhlas, mengharapkan ridha Allah, bukan berniat ingin cari dunia atau cari pujian.
Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan mulut yang bersih. Bau mulut tersebut bisa dibersihkan dengan siwak atau bahan semisalnya.
Disunnahkan membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci. Namun jika membacanya dalam keadaan berhadats dibolehkan berdasarkan kesepatakan para ulama. Ini berkaitan dengan masalah membaca, namun untuk menyentuh Al-Qur’an dipersyaratkan harus suci. Dalil yang mendukung hal ini adalah:
عَنْ أَبِى بَكْرِبْنِ مُحَمَّدِبْنِ عَمْرِوبْنِ حَزْمٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ جَدِّهِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صلى الله عليه وسلم- كَتَبَ إِلَى أَهْلِ الْيَمَنِ كِتَابًافَكَانَ فِيهِ لاَيَمَسُّ الْقُرْآنَ إِلاَّطَاهِرٌ
Dari Abu Bakr bin Muhammad bin ‘Amr bin Hazm dari ayahnya dari kakeknya, sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menulis surat untuk penduduk Yaman yang isinya, “Tidak boleh menyentuh Al-Qur’an melainkan orang yang suci”. (HR. Daruquthni no. 449.Hadits ini dinilai shahih oleh Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’ no. 122).
Mengambil tempat yang bersih untuk membaca Al-Qur’an. Oleh karena itu, para ulama sangat anjurkan membaca Al-Qur’an di masjid. Di samping masjid adalah tempat yang bersih dan dimuliakan, juga ketika itu dapat meraih fadhilah i’tikaf.
Imam Nawawi rahimahullah menyatakan, “Hendaklah setiap orang yang duduk di masjid berniat i’tikaf baik untuk waktu yang lama atau hanya sesaat.Bahkan sudah sepatutnya sejak masuk masjid tersebut sudah berniat untuk i’tikaf.Adab seperti ini sudah sepatutnya diperhatikan dan disebarkan, apalagi pada anak-anak dan orang awam (yang belum paham).Karena mengamalkan seperti itu sudah semakin langka.”(At-Tibyan,hlm.83).
Menghadap kiblat ketika membaca Al-Qur’an. Duduk ketika itu dalam keadaan sakinah dan penuh ketenangan.
Memulai membaca Al-Qur’an dengan membaca ta’awudz. Bacaan ta’awudz menurut jumhur (mayoritas ulama) adalah “a’udzu billahi minasy syaithonir rajiim”. Membaca ta’awudz ini dihukumi sunnah, bukan wajib.
Perintah untuk membaca ta’awudz di sini disebutkan dalam ayat,
فَإِذَا قَرَأْتَ الْقُرْآَنَ فَاسْتَعِذْ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
“Apabila kamu membaca Al Quran hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk.” (QS. An-Nahl:98).
Membaca “bismillahir rahmanir rahim” di setiap awal surat selain surat Bara’ah (surat At-Taubah).
Catatan: Memulai pertengahan surat cukup dengan ta’awudz tanpa bismillahir rahmanir rahim.
Hendaknya ketika membaca Al-Qur’an dalam keadaan khusyu’ dan berusaha untuk mentadabbur (merenungkan) setiap ayat yang dibaca.
Perintah untuk mentadabburi Al-Qur’an disebutkan dalam ayat,
أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآَنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا
“Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran ataukah hati mereka terkunci?” (QS. Muhammad: 24)
كِتَابٌ أَنْزَلْنَاهُ إِلَيْكَ مُبَارَكٌ لِيَدَّبَّرُوا آَيَاتِهِ وَلِيَتَذَكَّرَ أُولُو الْأَلْبَابِ
“Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran.” (QS. Shaad: 29)
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian diatas dapat diambil suatu intisari bahwa Khawarij muncul dizaman khalifahan Ali bin Abi Thalib dan Mu’awiyah bin Abu Sufyan. Dikatakan khawarij karena meraka keluar dari barisan Ali bin Abi Thalib sebagai protes terhadap kebijakan pamerintahan Ali bin Abu Thalib Radiyallahu’anhu.
Penyebab munculnya khawarij akibat dari perbedaan pandangan dalam berfikir. Corak pemikiran aliran khawarij dalam memahami nash al-Qur’an dan Hadis cenderung tekstual dan parsial, sehingga melahirkan pemahaman yang kaku dan sektarian serta bersikap tendensius mudah memvonis salah, menghukumi kafir/musyrik kepada yang tidak sependapat dengan alirannya.
Mengenai sekte, khawarij terpecah menjadi 7 pecahan utama, yaitu Al-Azariyah, An-Najdad, Al-Tsa’alibah, Al-Baihasiyah, Al-Ibadliyah, dan As-Shufriyah.
Dari penjelasan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullah bahwasannya, pemahaman Khawarij menyelisihi sunnah Rasulullah SAW dan mudah memfonis kaum muslimin, sehingga Khawarij dikategorikan sebagai aliran yang menyimpang dalam islam. Sebaimana sabda Rasulullah SAW yang artinya “Khawarij adalah anjing-anjing (penghuni) Neraka”
3.2 Saran
Makalah inipun tak luput dari kesalahan dan kekurangan maupun target yang ingin dicapai. Adapun kiranya terdapat kritik, saran maupun teguran digunakan sebagai penunjang pada makalah ini.Sebelum dan sesudahnya kami ucapkan terima kasih.
DAFTAR PUSTAKA
https://alquranalfatih.com/ilmu-islam/pengertian-al-quran/
https://rumaysho.com/11261-8-adab-membaca-al-quran.html
http://kumpulanartikelkampus.blogspot.com/2015/04/makalah-adab-dalam-membaca-al-quran.html
https://www.idpengertian.com/pengertian-al-quran-menurut-bahasa-dan-istilah/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar